Yang namanya nasi pecel sudah sangat familier bagi telinga kita. Menu makan yang terdiri dari nasi dengan sayuran dan kecambah yang dikukus lantas disiram dengan sambal pecel ini, hampir di setiap daerah bisa dijumpai: di kota maupun desa.
Kini, nasi pecel bukan lagi monopoli kalangan bawah dan menu pokok di warung kaki lima. Rumah makan mewah dan yang layak disebut restauran pun menyediakannya.
Banyak orang beranggapan, nasi pecel merupakan menu yang sangat cocok bila dimakan sebagai sarapan. Namun, bagi Mbah Suti nasi pecel bisa dinikmati kapan saja, baik pagi hari, sore, maupun tengah malam. Mbah Suti telah membuktikan keyakinannya itu sejak tahun ’80-an.
Warung Nasi Pecel Mbah Suti ini ada di RT 18, Dusun Kauman, Desa Ngantru Kecamatan Kota Kabupaten Trenggalek, tepatnya 500 m sebelah barat RKPD Trenggalek.
Yang membedakan dengan warung-warung yang lain adalah waktu bukannya. Warung Mbah Suti ini setiap harinya mulai dibuka menjelang malam larut, yaitu tepatnya mulai pukul 24.00 wib sampai pagi.
Usaha yang dijalankan Mbah Sutini ini sebenarnya merupakan warisan dari orang tuanya usaha yaitu Mbah Suti (almarhum ).
Sedangkan saat ini yang menjalankan usahanya adalah cucu dari Mbah Suti, anak dari Mbah Sutini, karena Mbah Sutini sendiri saat ini sudah tidak mampu lagi untuk melakukan aktivitas berjualan ataupun membuat masakan.
Jualan Keliling
Menurut penuturan Mbah Sutini mengapa usahanya sampai saat ini dikenal dengan sebutan Mbah Suti, bahkan anak perempuannya yang meneruskan usahanya, biarpun masih muda ya mendapat sebutan Mah Suti, hal ini sebenarnya ada sejarahnya.
’’Dari dulu sampai sekarang orang mengenal ya Mbah Suti. Dulu sebenarnya ibu saya namanya Suti dan saya merupakan anak satu-satunya kebetulan diberi nama Sutini, ibu saya sejak tahun 1963 berjualan nasi pecel dengan cara berkeliling. Ketika itu saya masih kecil dan sering diajak keliling untuk menjajakan dagangannya,’’ tutur Mbah Suti.
’’Kegiatan itu dijalani ibu saya sampai sekitar tahun ’70-an, kemudian saya teruskan hingga tahun 1983, lantas saya berhenti jualan keliling dan mencoba untuk membuka warung yang lokasinya dirumah sendiri,’’ lanjutnya.
Sejak ia tidak jualan keliling lagi dan membuka warung nasi pecel ternyata usaha yang dirintis itu berjalan dengan lancar karena pembelinya kebanyakan adalah pelanggan yang selama ini dilayani dan ditambah dengan adanya pelanggan-pelanggan yang baru.
Mengapa ia membuka atau mulai berjualan ketika hari telah larut malam. Ternyata Mbah Suti mempunyai alasan sendiri.
” Awalnya memang saya sengaja untuk melayani orang-orang yang biasanya jaga pada malam hari atau orang-orang yang yang senang cangkrukan sampai tengah malam, lha ternyata kok sampai sekarang dijadikan tempat jujugan ya alhamdulillah” tutur Mbah Suti.
Sampai saat ini warung pecel Mbah Suti dikenal dengan warung tengah malamnya. Namun yang lebih dikenal lagi adalah bumbu pecelnya.
Dari Nasi ke Bumbu
Berawal dari adanya pelanggan yang memesan sambel pecelnya yang katanya untuk oleh-oleh yang di rumah, hal itu terbersit dalam pikiran Mbah Suti untuk membuat sambel pecel yang nantinya dikemas sebagai oleh-oleh.
Dan itu betul-betul dilakukan sejak tahun 1990 sampai sekarang. Menurut Mbah Suti, dengan tersediannya sambel pecel yang dikemas dalam kantong plastik tersebut ternyata bisa menambah pelanggan serta pemasukan setiap harinya.
Untuk memenuhi kebutuhan sambel pecel bagi warung nasinya serta untuk dijual dalam bentuk kemasan Mbah Suti tidak banyak mengalami kendala, tinggal menambah porsi atau jumlah sambalnya saja. Namun, saat ini justru lebih banyak yang dijual berupa sambal dalam bentuk kemasan daripada yang digunakan untuk jualan nasi pecelnya.
Semua kegiatan tersebut awalnya dilakukan sendiri dengan dibantu oleh ketiga anaknya yang masing-masing mempunyai tugas sendiri sendiri.
Namun, saat ini berhubung anak-anaknya telah berumah tangga sendiri-sendiri dan hanya tinggal bungsunya saja yang kelihatannya nantinya yang akan meneruskan usahannya maka untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan pelanggan Mbah Suti mempekerjakan beberapa orang untuk membantu menjalankan usahanya.
Setiap harinya ia paling tidak Mbah Suti membuat sambel pecel sebanyak tiga kali masakkan, dalam sekali masak sebanyak rata-rata menghasilkan 6 kg sambal.
Namun bila stok sambalnya mulai menipis dalam sehari bisa juga memproduksi sebanyak 5 kali masak, jadi setiap hari paling tidak Mbah Suti memasak sambel 18 sampai 30 kg.
Sambal pecel buatan Mbah Suti ini selain rasanya yang enak ternyata memiliki daya tahan yang cukup bagus. Bila disimpan dengan baik bisa bertahan samoai 1 bulan tanpa mengalami perubahan baik rasa maupun warnanya.
Cara Tradisional
Dalam pengolahannya Mbah Suti tetap mempertahankan sistem tradisional yaitu mulai penggorengan bahan baku sampai menumbuknya dilakukan dengan tangan atau manual.
Sambal Pecel Mbah Suti ini yang dalam bentuk kemasan dijual dengan harga Rp 30.000 untuk ukuran satu kilogram, Rp 15.000 untuk ukuran ½ kilogram dan Rp 7.500 untuk ukuran ¼ kilogram.
Pemasaran sambel pecel cukup dilakukan di rumahnya saja, karena pembeli biasanya datang sendiri baik yang berasal dari lingkup Trenggalek maupun yang datang dari luar daerah.
Pembeli sambel kemasan Mbah Suti ini kebanyakan dari kalangan konsumen rumahan, namun yang paling banyak justru pesanan dari luar daerah Trenggalek.
Bahan- bahan untuk membuat sambel pecel ini menurut penuturan Mbah Suti sebenarnya sama saja seperti sambel-sambel pada umumnya.
Bahan-bahan yang diperlukan antara lain, kacang tanah, cabe, bawang, kencur, asam jawa, gula merah, garam, dan daun jeruk pecel.
’’Sambal yang saya buat ini bahannya sama persis dengan sambal –sambal pada umumnya, mungkin cara pembuatannya saja yang membedakan. Lagipula, masakan itu biarpun bahannya sama tapi lain yang memasak lain pula rasanya,’’ ujar Mbah Suti.
Maka, biarpun saya sudah tidak mampu lagi membuat sambal namun untuk meracik bumbu tetap saya sendiri yang menentukan.
Untuk kemasannya yang semula hanya cukup dibungkus menggunakan kantong plastic biasa, untuk menunjang tampilan yang menarik kini sambal yang berada dalam kantong plastic tersebut telah dibungkus lagi dengan menggunakan kotak mika dan diberi label ”Mbah Suti” lengkap dengan alamat dan nomer teleponnya. Sehingga bila ada yang ingin memesan bisa menghubungi lewat telepon lebih dahulu.
Resep supaya Awet
Kiat untuk membuat sambal pecel awet dan enak ala Mbah Suti yaitu perlakuan bahan-bahan baku sebelum diproses menjadi sambal merupakan kunci utamannya.
Pertama-tama, bahan baku kacang tanah harus dipilih yang bagus, dicuci bersih dan dikeringkan. Kemudian kacang tersebut digoreng sanggan (dalam wingka tidak menggunakan minyak goreng).
Dalam proses menggoreng ini, paling baik menggunakan tungku kayu bakar, dan apinya tidak boleh terlalu besar sehingga hasil gorengannya tidak ada yang gosong.
Setelah kacang masak lantas didinginkan, setelah dingin kemudian dihilangkan kulit arinya sehingga yang tinggal adalah butiran kacang yang kelihatan putih bersih.
Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan bumbu-bumbu yang akan digunakan yaitu, cabe rawit merah, asam jawa, kencur, daun jeruk pecel, dan bawang putih.
Semua bahan bumbu tersebut ukurannya menurut Mbah Suti tinggal menurut perasaan masing-masing yang masak. Bumbu yang telah siap tersebut kemudian dikukus sampai masak.
Kemudian proses selanjutnya adalah mencampur bumbu tersebut dengan kacang tanah, dan gula merah lantas ditumbuk sampai halus dan tidak lupa diberi garam secukupmya. Tapi menurut penuturannya jangan sekali-kali memberi campuran penyedap rasa biarpun hanya sedikit, karena sambal akan cepat basi.[pur]
Mengorbit dengan Tulisan Kreatif
-
Memasuki dunia penulisan kreatif (baca: mengorbit dengan menulis puisi,
cerita, dan/atau esai) itu gampang-gampang susah. Gampangnya seperti apa,
dan
7 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar