Selasa, 10 Januari 2012

Hj. Faiqah Esmail, Pelopor Kampung Batik Jawa Timur

Kalau kita mengingat kata-kata “batik”, pikiran kita langsung melayang ke mana? Apakah Jogja, Solo, atau Pekalongan? Tapi kalau ternyata Surabaya punya kampung batik, tentu ini berita baru. Jangan salah, baru-baru ini, tepatnya tanggal 4 Mei 2008, di Surabaya ada satu wilayah yang dicanangkan sebagai Kampung Batik Jawa Timur oleh Walikota Surabaya Bambang D.H. Diharapkan kampung batik ini bisa menjadai ikon Surabaya dan Jawa Timur. Penghargaan pun diberikan oleh Wali Kota kepada Camat Genteng Bambang Udi Ukoro dan Hj Faiqah Esmail sekaligus mencanangkan Kawasan Tambak Dukuh I sebagai kampung batik.

Hj. Faiqah Esmail, adalah wanita yang memiliki ide awal mendirikan Kampung Batik Jawa Timur. Ini bermula ketika pada Juni 2007 lalu, wanita yang akrab dipanggil Faiqah ini berkunjung ke Solo. Dia kagum melihat perkembangan batik disana yang didukung penuh oleh masyarakat dan pemerintah. “Padahal di lingkungan saya di Kawasan Tambak Dukuh masyarakatnya sudah menjadi penjahit batik selama 20 tahun. Tetapi mereka belum memiliki inisiatif untuk membuat kampung batik seperti di Solo,” ungkapnya di show room miliknya.

Pulang dari Solo, Faiqah segera mengumpulkan para perajin batik di Jatim. Ia mengorbankan rumahnya untuk menjadi show room batik yang memamerkan batik hasil buatan para perajin dari seluruh Jatim. “Total ada 16 corak batik dari 16 kabupaten di Jatim yang dipamerkan dan dijual disini,” terangnya.

Tidak itu saja, Faiqah saat ini juga mampu menggairahkan kembali para penjahit batik di Kampung Tambak Dukuh Gg I. Sejak kampung ini dicanangkan sebagai “Kampung Baik Jatim”, para penjahit yang telah menempati lokasi tersebut sejak 20 tahun lalu mengaku kebanjiran order. Kampung yang punya ikon batik yang diberi nama Cak Mogen yang artinya pria pekerja keras. Harapannya nama ini bisa memberi semangat masyarakat Tambak Dukuh untuk giat bekerja. Bahkan di atap-atap rumah di kampong tersebut, kini telah dihiasi dengan lukisan batik dari 16 kabupaten di Jatim.

Puncak keberhasilan wanita asal Madura ini adalah dengan diraihnya Rekor MURI sebagai pembuatan logo batik raksasa pada 4 Mei lalu. Batik raksasa bermotif logo Kota Surabaya itu berukuran 9,8 x 19,4 meter yang dikerjakan selama 15 jam oleh 15 orang.

Kini, tiga di antara delapan anaknya mengembangkan bisnis yang sama. "Mereka sekarang mengembangkan usaha ini di Madura," jelasnya.

Tak hanya melayani pasar lokal, bisnisnya sudah merambah ke luar negeri. Pesanan dari Malaysia, Myanmar, dan negara Asia lainnya sering diterima. "Pokoknya, begitu ada pesenan, langsung saya kirim," tegasnya.

Padahal, Faiqah baru memulai usahanya pada 2002. Namun, dalam tempo relatif singkat, kini dia sudah memiliki 43 pekerja.

Bagi yang ingin belajar batik, Faiqah membuka show room-nya lebar-lebar. Siapapun boleh belajar membatik secara gratis ditempatnya. “Silakan bagi yang mau belajar membatik. Apalagi bila yang punya kemauan belajar anak-anak muda. Karena siapa lagi yang akan melanjutkan budaya bangsa ini kalau bukan generasi muda kita,” ungkapnya.

Paham Sejarah Batik
Kecintaan Faiqah pada batik tidak tanggung-tanggung. Ia bahkan khusus belajar tentang sejarah batik. Ini diawali saat Negara Malaysia mengklaim bahwa batik adlaah miliknya. Hati Faiqah berontak, ia pun mengumpulkan beragam informasi tentang sejarah batik. “Saya mengumpulkannya dari perpustakaan dan internet. Saya sampai minta tolong anak saya untuk buka internet karena saya nggak tahu caranya,” kelakarnya.

Dari sana ia mendapatkan informasi, bahwa batik berasal dari kerajaan Tarumanegara. Dimana kala itu Raja Tarumanegara menemukan batik dari firasat mimpi. Hingga kemudian dia menggunakan peralatan dan bahan seadanya untuk membuat batik.

Tidak itu saja, Faiqah juga mengoleksi batik-batik tua. Di showroomnya, batik-batik tua ia pigura dan dipajang di tembok-tembok showroomnya. Ia hanya berharap, mendapatkan dukungan dari pemerintah untuk tetap melestarikan batik ini. “Semoga kampong batik ini tidak punah dimakan zaman,” harapnya.[dewi]

FOTO: Batik Bojonegoro [Desa Jono, Kecamatan Temayang]

0 komentar: